Senin, 16 Mei 2011

Keindahan Sebuah Pengharapan


Merupakan suatu hal yang normal apabila kehidupan manusia dipenuhi dengan pengharapan - pengharapan. Pengharapan merupakan suatu faktor dalam kehidupan manusia yang dapat memotivasi dan mendorong manusia untuk dapat fokus dalam memajukan kehidupannya. Inilah yang disebut dengan keindahan sebuah pengharapan.
Tetapi walaupun demikian, dalam realita kehidupan justru yang sering kali terjadi adalah hal yang sebaliknya. Dimana pada saat kita memiliki suatu pengharapan, kita tidak menerimanya dalam kehidupan kita. Mungkin yang terjadi dalam kehidupan kita adalah, kita sudah berusaha keras dan semaksimal mungkin untuk menggapai harapan yang kita impikan, tapi yang kita dapatkan jauh dari yang kita harapkan atau mungkin tidak sama sekali.
Yang paling membingungkan kita lagi adalah apabila pengharapan kita itu merupakan “janji-janji Tuhan”. Banyak dari antara manusia yang mendapatkan masalah dalam kehidupannya (baik itu masalah ekonomi, sakit-penyakit, masalah keluarga, masalah pekerjaan, dll), dan banyak kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia yang seolah-olah tidak sesuai dengan janji-janji Tuhan yang diberikan pada kita dan yang kita harapkan. Hal ini sering kali terjadi, bahkan hingga kita bertanya: “Tuhan, mengapa ini terjadi?”
Dalam Mazmur 73:1-28 Firman Tuhan mengajarkan kita, bagaimana seharusnya kehidupan kita pada saat kita hidup dalam pengharapan. Dalam ayat Firman Tuhan ini ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dengan seksama.
Yang pertama adalah: Allah itu baik bagi orang yang hidup benar dihadapan-Nya (ayat 1). Tuhan adalah Allah yang mengasihi setiap umat-Nya. Kata umat-Nya disini tentulah memiliki pengertian “sebagai orang-orang yang mengasihi-Nya”. Menjadi orang-orang yang mengasihi Tuhan tidaklah bisa ditunjukkan lewat perkataan saja, tetapi harus melalui perbuatan. Jadi orang-orang yang mengasihi Tuhan tentunya orang-orang yang memiliki pengalaman bersama Tuhan, yaitu orang-orang yang memang benar-benar pernah merasakan kebaikan Tuhan.
Orang yang hidup benar dihadapan Tuhan, adalah orang-orang yang hidup dalam pengharapan akan Tuhan. Hal ini mengajak kita untuk dapat mengerti bahwa Kasih Tuhan akan nyata dalam kehidupan orang yang memiliki pengharapan dalam Tuhan. Jadi apabila pengharapan kita hingga saat ini belum nyata, lihatlah kembali kepada diri kita, apakah kita hidup benar dihadapan  Tuhan?
Yang kedua adalah: Masuk ke dalam tempat kudus Allah (ayat 17). Pada saat kita hidup dalam pengharapan, hal lain yang harus kita perhatikan adalah kedekatan kita pada Tuhan. Dalam ayat-ayat sebelumnya Asaf telah memberitahukan pengalamannya pada kita, yaitu pada saat ia tidak dekat dengan Tuhan. Ia akan cemburu kepada orang yang kelihatannya kehidupannya sukses padahal dia tidak dekat dengan Tuhan.
Hidup dalam pengharapan adalah kehidupan yang memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Sebab setiap pekerjaan Tuhan yang sedang terjadi dalam kehidupan manusia hanya bisa kita mengerti dan kita terima apabila kita memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Apabila kita tidak memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, maka yang cenderung terjadi dalam kehidupan kita adalah terpeleset dan siap-siap untuk jatuh kedalam hal yang lebih parah lagi.
            Jadi pada saat kita hidup dalam pengharapan, ada hal-hal yang harus kita ambil dan putuskan. Yang pertama kita harus mengambil keputusan untuk tetap dekat dengan Tuhan (ayat 23), kita harus mengambil keputusan untuk memiliki keyakinan bahwa hanya Allah yang terbaik dalam kehidupan kita (ayat 25), kita harus memiliki keputusan untuk memiliki komitmen dan mendedikasikan seluruh kehidupan kita bagi Allah (ayat 26) dan kita harus mengambil keputusan untuk hidup untuk melatyani Allah (ayat 28).
Dari kedua hal yang diatas kita dapat mengerti bahwa hidup dalam pengharapan yang benar adalah hidup dalam tuntunan Tuhan. Sehingga ketika kenyataan yang kita hadapi tidak sesuai dengan pengharapan yang telah dijanjikan Tuhan dalam kehidupan kita, maka kita akan tetap percaya kepada Tuhan sebagai Allah yang baik. Kita tidak mengukur keberhasilan hidup kita dari perspektif manusiawi tetapi melihat pekerjaan Tuhan yang besar dalam segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita. Hidup dalam pengharapan adalah sebuah kehidupan yang indah, dimana kita akan hidup dengan damai sejahtera, kitapun mengerti dengan apa yang sedang terjadi pada kehidupan kita. Untuk itu hiduplah dalam pengharapan akan Tuhan Yesus. God bless you forever.***

Senin, 25 April 2011

Menjadi Orang Yang Terlatih


Mungkin pernah kita bertanya dalam hati, mengapa tentara dan polisi tidak takut pada saat mereka ditempatkan dalam suasana perang yang tidak memiliki rasa aman. Sayapun pernah berpikiran demikian dan saya rindu bisa sama seperti mereka, tetapi bukan karena saya adalah seorang angkatan melainkan karena Kristus ada dalam diri saya.
Apabila kita melihat dari latar belakang tentara dan polisi, kita mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang diajari bukan hanya dari sisi pengetahuan, tetapi juga dari sisi fisik dan kemampuan. Sebelum mereka terjun dalam perang, mereka telah terbiasa dengan latihan yang memiliki suasana yang sama dengan keadaan perang. Jadi pada saat mereka masuk dalam suasana perang, mereka sudah tidak kaget lagi dan dapat menjalaninya dengan tenang karena mereka adalah orang yang terlatih dalam keadaan tersebut.
Demikianlah seharusnya tejadi pada diri kita sebagai orang Kristen. Untuk dapat menjadi tenang dalam menghadapi masalah dan persoalan hidup kitapun harus menjadi orang yang terlatih dalam masalah.
Dalam Ibrani 5:14 Firman Tuhan berkata: “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai panca indra yang terlatih untuk membedakan yang baik dan yang jahat.” Firman Tuhan ini mengajak kita untuk mengetahui bahwa pada hakekatnya yang layak untuk memakan makanan yang keras adalah orang yang dewasa atau orang yang layak untuk menerima perkara-perkara yang besar adalah orang-orang yang sudah dewasa rohaninya.
Firman Tuhan ini juga memberi alasannya, yaitu karena mereka adalah orang yang terlatih dalam membedakan yang baik dan yang jahat.
Menjadi orang yang terlatih tentunya bukanlah hal yang begitu saja kita terima. Sama seperti para tentara dan polisi, kitapun harus menjalani latihan-latihan yang akan membuat kita kuat dan mapan pada saat menghadapi perkara-perkara yang besar yang akan kita terima.
Masalah dan persoalan yang saat ini kita alami sebenarnya merupakan bahan latihan yang sudah Tuhan berikan bagi kita. Sekarang tinggal tergantung pada kita. Apakah kita percaya pada Tuhan dan setia dalam menjalani latihan ini, atau apakah kita keluar dari latihan ini sehingga kita tidak akan pernah menjadi orang yang terlatih?
Mungkin dalam menjalani latihan kita sering kali bertemu hal-hal yang sepertinya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Walau sepertinya hal-hal yang kita inginkan tersebut merupakan hal-hal yang sebenarnya lebih masuk akal dan seharusnya terjadi daripada hal-hal yang saat ini sedang terjadi didalam kehidupan kita.
Apabila saudara bertanya pada saya, apa maksud dari semua ini, maka saya akan menjawab inilah yang disebut dengan latihan tersebut. Karena pada dasarnya latihan merupakan sebuah petunjuk yang akan menentukan apakan kita sudah sanggup menyelesaikan suatu persoalan yang lebih besar dari persoalan yang saat ini kita hadapi atau atau tidak.
Untuk menjadi orang yang terlatih diperlukan banyak latihan dan latihan ini biasanya bersifat progressive. Bersifat progressive maksudnya adalah latihan yang akan kita hadapi tersebut sifatnya berkembang dari yang sifatnya mudah dang gampang sampai pada sifatnya yang susah atau sulit.  Tetapi walaupun demikian, latihan yang kita hadapi ini tentunya terjadi sesuai dengan kermampuan kita. Ada kalanya latihan yang kita hadapi itu merupakan latihan yang mudah untuk kita lewati. Tetapi ada kalanya juga latihan itu merupakan latihan yang sangat sulit untuk kita hadapi, bahkan mungkin diluar jangkauan akal kita.
Tetapi hal yang paling penting dan harus kita ketahui dalam menjalani sebuah latihan adalah Setia. Kesetiaan merupakan unsur yang harus ada dan kuat dalam kehidupan kita apabila kita ingin menjadi orang yang terlatih. Banyak orang yang gagal menjadi orang yang terlatih karena mereka tidak memiliki kesetiaan kepada Tuhan pada saat mereka menghadapi sebuah masalah.
Untuk itu Bapak, Ibu, Saudara, Saudari yang saya kasihi dalam Kristus, saran saya… tetaplah setia dalam Tuhan, karena Firman Tuhan berkata siapa yang setia pada perkara yang kecil akan dipercayakan perkara yang besar. Tuhan memberkati kita semua.***

Itu Waktunya Tuhan


Penginjilan (Pemberitaan kabar sukacita atau kabar keselamatan) merupakan suatu panggilan bagi setiap umat kristen yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat (Mat 28:19-20). Tetapi walaupun demikian, hal ini bukanlah berarti bahwa setiap orang Kristen memiliki kuasa untuk membuat orang bertobat atau berbalik dari jalannya yang salah kepada jalan Tuhan. Pertobatan adalah pekerjaan Tuhan, yaitu pekerjaan Allah Roh Kudus.
Dalam proses penginjilan ini, kita mungkin menemukan masalah-masalah yang sering kali membuat kita kesal dan malas untuk melakukan penginjilan. Misalnya orang yang menutup telinga atau tidak mau mendengarkan kabar sukacita yang ingin kita ceritakan, atau mungkin orang yang mau mendengar apa yang ingin kita ceritakan tetapi tidak mau bertobat dan merubah kehidupannya. Harus diakui bahwa proses penginjilan bukanlah merupakan hal yang mudah dan gampang, tetapi harus diakui juga bahwa proses penginjilan adalah sesuatu yang harus dan sanggup untuk kita lakukan. Untuk itu, dalam penginjilan, ada suatu hal yang harus kita ketahui dan kita mengerti dengan benar, supaya kita dapat kuat dalam melaksanakan panggilan kita yaitu menjadi seorang penginjil.
Hal yang harus kita ketahui tersebut adalah: “Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia berjalan sesuai dengan waktunya Tuhan.” Berbicara tentang waktunya Tuhan bukan hanya berbicara tentang berkat jasmani yang sering kita terima. Waktunya Tuhan juga berbicara tentang iman dan kepercayaan yang dimiliki oleh seseorang. Pertobatan dan perubahan manusia untuk menerima Yesus didalam kehidupan mereka adalah pekerjaan Roh Kudus. Hal ini juga terjadi sesuai dengan waktunya Tuhan. Jadi apabila seseorang bertobat dan menerima Yesus, itu adalah waktunya Tuhan yang dinyatakan dalam kehidupan manusia. Untuk itu hal ini haruslah tertanam dalam diri dan pikiran kita sebagai alat Tuhan, supaya kekecewaan dan kemalasan jangan menhinggapi kita pada saat kita melaksanakan tugas kita.
Hal lain yang harus kita ketahui, yang bersangkut paut dengan waktunya Tuhan adalah: “Waktunya Tuhan dapat terjadi dalam keadaan apapun yang sedang dialami manusia.” Banyak orang yang membuat pengajaran-pengajaran sendiri tentang waktunya Tuhan. Mereka menetapkan waktu-waktu tertentu untuk seseorang dapat mengalami pertobatan sesuai dengan pengalaman yang pernah mereka alami atau pengalaman yang dialami oleh banyak orang.  Ada yang berkata pertobatan hanya akan diterima seseorang apabila orang tersebut mengalami penderitaan. Ada juga yang berkata bahwa pertobatan hanya akan diterima seseorang apabila seseorang tersebut diberkati Tuhan dengan berkat jasmani secara melimpah. Kedua hal ini bukanlah hal yang salah, karena dalam pengalaman hidup orang Kristen yang bertobat, kedua hal ini sering kali menjadi kesaksian yang terjadi dalam kehidupan mereka.
Sayapun secara pribadi tidak berkata bahwa hal ini merupakan hal yang salah. Hanya jangan menjadikan kedua hal ini menjadi patokan untuk mengalami sebuah pertobatan didalam kehidupan kita atau didalam kehidupan orang yang sedang kita injili. Sekali lagi pertobatan adalah waktunya Tuhan yang dinyatakan dalam kehidupan manusia. Tuhan bisa membuat orang bertobat ketika ia sedang mengalami penderitaan, masalah dan persoalan-persoalan yang besar, tetapi Tuhan juga bisa membuat orang bertobat ketika orang tersebut sedang diberkati berlimpah-limpah. Jadi dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, seseorang itu dapat mengalami pertobatan dan menerima Yesus dalam dirinya jika Tuhan mengkehendakinya.
Jika kita mengerti dan menanamkan kedua hal ini didalam kehidupan kita, maka panggilan kita sebagai seorang yang harus memberitakan injil bukanlah merupakan sesuatu yang mengesalkan atau membosankan. Justru panggilan ini merupakan suatu  kebahagiaan kita, karena Tuhan mempercayakan kita untuk memberitahu kepada orang lain tentang jalan menuju  keselamatan dan kehidupan yang kekal. Selamat menunaikan tugas kita, God bless you***

Rabu, 20 April 2011

Apa Yang Tuhan Mau?


Akhir-Akhir ini, kita melihat banyak terjadi gempa dinegara kita. mulai dari Tsunami di Aceh, berita longsor di Bandung, gempa di Nias dan masih banyak lagi yang terjadi di negara kita ini. Salah satu dari kejadian tersebut, kita pernah mendengar kisah tentang seorang anak laki-laki berusia sembilan Tahun. Ketika Tsunami melanda Aceh, anak tersebut hanyut sampai ke laut. Ia memegang sebatang pohon selama lima hari. Sungguh ajaib ia dapat bertahan hidup karena pada saat itu memang ia tidak mempunyai makanan dan minuman. Akhirnya ada satu perahu nelayan yang melihatnya dan menyelamatkannya. Seluruh keluarganya hilang, rumahnya juga sudah tidak ada lagi.
Sewaktu-waktu anak laki-laki ini duduk dalam tenda darurat untuk mendapatkan perawatan medis. Saya dapat membayangkan pikirannya sedang berkecamuk dengan pertanyaan-pertanyaan: “Allah… dimanakah Engkau? Apakah Engkau tidak memperhatikan saya? Bagaimanakah dengan keluarga Saya? Bagaimana bisa Engkau dapat memberikan pencobaan seberat ini? Mengapa Engkau tidak menyelamatkan keluarga saya? Mengapa Engkau menyelamatkan keluarga orang lain, tapi bukan keluarga saya? Allah… apa yang sedang engkau perbuat ini?
Pada saat seperti inilah, kita mungkin merasa kecewa, bingung dan bahkan marah kepada Allah. Jika kita sadar, ada kalanya kita tidak memahami Allah karena kebesaran-Nya. Ada saatnya ketika kita sungguh-sungguh memerlukan pertolongan Tuhan tetapi sepertinya kita tidak bisabahkan tidak mungkin untuk mendapatkannya.
Kita sungguh-sungguh ingin beriman kepada Allah yang baik, namun hati kita tetap bertanya, ”Mengapa Allah? Mengapa?” Kita merasa ditinggalkan dan dilupakan.
Saya percaya hati Tuhan benar-benar remuk ketika kita sedang mengalami penderitaan yang begitu mendalam. Allah adalah Allah yang Turut merasakan apa yang dirasakan oleh umat-Nya. Kita sungguh berharga bagi Allah dan Allah sungguh mencintai kita dengan cinta yang tidak terbatas. Ia Allah yang maha pengasih, lagi penyayang. Ia ada bersama dengan kita ketika hidup kita hancur, ketika kita mengalami masalah berat bahkan ketika keluarga kita hilang.
Kalau demikian, kita mungkin merasa perlu bertanya: “Lalu mengapa Allah memberikan penderitaan yang begitu berat dalam hidup kita?”  Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang pasti keluar dalam pikiran kita, walau kita sudah hidup didalam Tuhan. Saran saya, pertanyaan ini sebaiknya jangan ditanyakan kepada orang lain. Orang lain tidak akan bisa menjawab pertanyaan ini dengan tepat karena mereka tidak pernah tahu isi hati Tuhan, kecuali Tuhan memberitahukannya. Apabila kita mendengarkan jawaban orang lain dan ternyata jawaban itu tidak tepat, maka yang ada dalam hidup kita hanyalah penyesalan. Jadi cobalah ambil waktu untuk bertanya pada Tuhan dan melihat diri kita sendiri. Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh Tuhan yang mengijinkan masalah itu terjadi dalam hidup kita.
Lalu bagaimana kita tetap memahami Allah dengan cara seperti ini? Satu-satunya cara adalah tetap berpegang teguh pada Allah dan tetap percaya bahwa rencana Allah selalu mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera dalam hidup kita. Kita harus membuang perasaan curiga, sakit hati dan rasa kepahitan kepada Allah.
Kita harus percaya bahwa ada waktunya Tuhan yang harus kita ikuti untuk menerima janji Allah digenapi dalam hidup kita. Percayalah pertolongan Allah tidak pernah terlambat, dan rencana Allah selalu indah dan membawa kebaikan serta damai sejahtera. Gbu***

Senin, 18 April 2011

Disaat Tuhan Berkata Tidak


Di sepanjang kehidupan kita dalam mengikuti Yesus, sering kali kita bertemu keadaan, dimana pada saat kita meminta kepada Tuhan, sepertinya Tuhan seolah-olah tidak menjawab doa kita. Misalnya pada saat seseorang memiliki masalah dan tidak ada satu orang pun yang bisa memberi jalan keluar kepadanya, lalu ia pergi berserah dan berharap kepada Tuhan. Tetapi pada saat ia menaruh pengharapannya pada Tuhan, dia juga tidak melihat adanya tanda-tanda yang menunjukkan datangnya pertolongan dari Tuhan untuk jalan keluar persoalannya tersebut. Mungkin saat-saat seperti inilah yang sering kali membuat orang stress, bingung, bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Apabila kita kembali ke Alkitab dan melihat kehidupan tokoh-tokoh Alkitab, ternyata bukan hanya kita saja yang pernah mengalami hal-hal yang seperti diceritakan diatas. Rasul Paulus misalnya. Pada saat Rasul Paulus meminta kepada Tuhan untuk dibebaskan dari penderitaan - yang ia sebut sebagai duri dalam daging – Tuhan tidak berkata “ya”, sehingga penderitaan tersebut dibuang daripadanya. Tuhan hanya berkata “Cukuplah kasih karunia-Ku kepadamu.” Penderitaan itu tetap dimiliki oleh Rasul Paulus dan dipakainya sebagai tempat untuk bermegah.
Ternyata keadaan seperti ini juga dialami oleh Yesus Kristus Tuhan kita. Pada saat-saat menjelang kematian Yesus, Ia mengajak Petrus dan kedua anak Zebedeus untuk pergi berdoa ditaman Getsemani. Saat itu Yesus juga mengalami kesedihan yang sangat dalam, sampai ia berkata kepada Petrus dan kedua anak Zebedeus bahwa: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya.” Saat berdoa, Ia meminta kepada Bapa supaya kiranya Ia bisa dilepaskan dari penderitaan yang akan Ia alami, walau pada akhir doa-Nya Ia berkata Tetapi janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Kau kehendaki. Tetapi walaupun sudah meminta demikian, Yesus tetap mengalami penderitaan atau dengan kata lain Ia tidak mendapatkan penggenapan dari doa-Nya.
Dari kedua hal diatas, kita dapat belajar bagaimana menempatkan diri kita sebagai manusia dan menempatkan Tuhan Sebagai penguasa atas kehidupan kita. Mungkin memang sering kali Kita berdoa kepada Tuhan untuk meminta pertolongan atas setiap permasalahan kita, tetapi kita tidak menerimanya.  Hal itu bukanlah berarti Allah tidak mengasihi kita atau rancangan kebaikan dan damai sejahtera Allah tidak tergenapi atas hidup kita.
Seharusnya dari pengalaman seperti ini kita dapat menarik satu pelajaran yang dapat membangun iman kita sebagai umat Tuhan. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan dan yang mengetahui bahwa rancangan Allah dalam hidupnya adalah rancangan kebaikan dan rancangan damai sejahtera, seharusnya kita bersyukur kalau kita memiliki masalah dan doa kita tidak dijawab oleh Tuhan.
Seperti halnya Rasul Paulus. Dengan penderitaan (Duri dalam daging) yang tidak dibuang oleh Tuhan dari dalam kehidupannya - walau ia sudah memintanya beberapa kali -  ia menjadi mengerti apa yang Tuhan kehendaki terjadi didalam kehidupannya. Allah Tidak mau Rasul Paulus menjadi orang yang bermegah karena apa yang ia miliki kecuali karena Tuhan yang ada dalam hidupnya. Dengan mengerti hal ini rasul Paulus menjadi kuat dan sanggup berkata “Justru dalam kelemahanku aku bermegah”.
Demikian juga halnya dengan penderitaan yang dialami oleh Tuhan Yesus. Saat ini kita semua dapat mengerti mengapa Allah Bapa tidak melalukan penderitaan itu dari dalam kehidupan Yesus. Ternyata rencana Allah sangat dasyat walau ia harus menjadikannya melalui sebuah penderitaan. Kita semua dapat menjadi orang benar dan diselamatkan itu semua karena penderitaan Yesus dikayu Salib.
Untuk itu kekasih-kekasih Kristus yang sudah dibenarkan oleh Allah, yang perlu kita tanamkan dalam kehidupan kita adalah: kita semua berharga dimata Allah dan sangat dikasihi oleh Allah. Apabila doa dan keinginan kita tidak dijawab oleh Allah, itu berarti ada yang perlu kita ketahui tentang kehendak Allah yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita, dan yang pasti semuanya mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera. Gbu***

Kemenangan Yang Terselubung


Langkah-langkah akhir menuju  suatu kemenangan biasanya ditandai dengan sesuatu yang menyenangkan.  Kita bisa melihat bagaimana para atlit yang tahu bahwa ia akan menggapai suatu kemenangan. Ia akan merasa sukacita dan lebih bersemangat lagi dalam menyelesaikan pertandingan yang sedang ia jalani.
Pada saat Taufik Hidayat mendapat skor angka 14 (last one), ia akan merasa sukacita dan memiliki semangat yang besar karena dengan satu skor angka lagi ia akan menjadi juara dunia cabang olah raga bulu tangkis. Pada saat Michael Sumaker melintasi putaran terakhir mendekati garis Finish, ia akan sukacita dan penuh semangat, karena sebentar lagi ia akan menjadi juara balap Mobil F1 sedunia. Demikianlah biasanya langkah-langkah akhir yang dialami oleh seorang pemenang, pada saat ia akan menggapai suatu kemenangan.
Yesus Tuhan dan Raja kita juga merupakan seorang Pemenang. Dia telah mengalahkan kuasa setan dan kuasa maut pada saat Ia mati dan bangkit dari kematian. Tetapi yang membuat Yesus sangat berbeda dengan pemenang-pemenang lain adalah jalan menuju kemenangan-Nya.
Dalam langkah akhir menuju suatu kemenangan, biasanya setiap orang itu mengalami suatu sukacita, karena ia akan mendapat sebuah kemenangan. Mungkin hal ini dapat kita lihat dengan raut wajah yang bersemangat, muka yang tersenyum, rasa gembira yang terpancar dan hal-hal lain yang dapat kita lihat dalam diri mereka.
Hal ini berbeda dengan yang dialami oleh Yesus Tuhan. Yesus memperoleh kemenangan bukan lewat sesuatu hal yang menyenangkan apabila dipandang oleh mata jasmani kita. Ia disiksa, dicambuk, dihina, didera, dimahkotai duri, ditendang, dipukul, diludahi bahkan harus mati dikayu salib.
Dalam pandangan manusia, mungkin saat itu orang akan berkata, Dia adalah pecundang dalam pertandingan. Dia adalah budak yang tidak berguna apa-apa. Jangankan untuk menjadi pemenang, untuk jadi peserta pertandinganpun sebenarnya Dia tidak layak. Bagaimana Ia bisa dikatakan sebagai pemenang? (Yesaya 53:1-3).
Banyak orang yang tidak mengerti dengan perjalanan kehidupan Yesus, pada saat Ia akan memperoleh sebuah kemenangan. Orang-orang berfikir bahwa Dia adalah seorang yang kalah. Dan bukan hanya manusia saja, iblispun berfikir bahwa dengan penderitaann yang dialami oleh Yesus tersebut, Dia akan menjadi seorang yang kalah dalam pertandingan.
Tetapi yang perlu kita ketahui bahwa ada satu kemenangan besar dibalik sebuah penderitaan yang dialami oleh Yesus itu. Kemenangan tersebut adalah kemenangan yang bukan hanya ditujukan kepada diri-Nya secara pribadi, tetapi kepada semua orang yang percaya pada-Nya. Dalam Yesaya 53:4-12, kita dapat melihat bahwa Yesus menderita supaya kita semua menjadi orang yang menang atas kuasa-kuasa dosa.
Yesus mau berlaku seolah-olah menjadi seorang yang kalah, karena Ia mau kita menjadi seorang yang pemenang, sebab pada saat Ia menderita itu, penderitaan kitalah yang ditanggung-Nya. Pada saat Ia seolah-olah seperti seorang yang kalah, sebenarnya kekalahan kitalah yang ditanggung-Nya.  Pada saat Ia berlaku seolah-olah menjadi seorang budak yang tidak berguna apa-apa, sebenarnya perbudakan kitalah yang ditanggung-Nya.
Yesus adalah pemenang yang sejati. Dia tidak menang untuk kepentingan diri-Nya sendiri. Dia menang supaya kita menjadi pemenang.
Rencana kemenangan besar ini tentunya hanya diketahui oleh Allah dan orang-orang yang berkenan kepada Allah. Itulah sebabnya Iblis berfikir bahwa pada saat Yesus disalib, Yesus telah kalah dan Iblis berkuasa didunia ini. Iblis hanya mau Yesus menderita dan musnah dari bumi ini, karena dengan demikian ia akan menjadi penguasa atas bumi. Iblis tidak mengetahui bahwa Yesus memang harus menderita dan mati untuk membebaskan manusia dari kuasa iblis. Iblis tidak mengetahui bahwa ada kemenangan besar yang terselubung dibalik penderitaan dan kematian Yesus.
Saat ini Yesus telah menang atas maut, dan kita semua telah mengetahui rencana Allah Yang terjadi dalam kehidupan Yesus. sekarang mari berfikir dan bertanya pada Tuhan apa yang harus kita lakukan? God bless***

Ditinggikan Karena Direndahkan


Kerinduan untuk memiliki posisi yang tinggi – dalam hal-hal yang positif atau menyenangkan – tentunya tidak hanya dimiliki oleh beberapa orang tertentu saja. Kerinduan ini pasti dimiliki oleh semua orang, termasuk orang Kristen yang hidup didalam Tuhan.
Kesuksesan misalnya. Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk sukses. Baik itu sukses dalam karier, pekerjaan, sekolah, keluarga, atau apapun yang sedang dijalani oleh seseorang. Banyak jalan yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai sebuah kesuksesan, bahkan ada yang menggunakan jalan yang salah dalam menempuh sebuah kesuksesan. Hal ini seringkali terjadi dalam kehidupan manusia saat ini.
Dalam kehidupan kekristenan, kita mengetahui bahwa kesuksesan merupakan sebuah pemberian atau anugrah Tuhan. Tidak ada seorangpun yang sukses dalam kehidupannya, kalau bukan Allah yang menghendaki dan mengijinkannya. Jadi dari hal ini dapat kita tarik satu kesimpulan bahwa jalan menuju sukses haruslah melalui Tuhan, sebab Tuhanlah yang empunya kesuksesan tersebut. Apabila kita sudah menyadari hal ini, barulah kita melangkah kedepan, melihat apa yang harus kita lakukan menuju kesuksesan tersebut.
Satu-satunya teladan yang harus kita tiru dalam menuju kesuksesan adalah Tuhan Yesus Kristus. Dalam Filipi 2:9-11 dituliskan; “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama diatas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada dilangit dan yang ada diatas bumi dan yang ada dibawah bumi, dan segala lidah mengaku; “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”
Kesuksesan terbesar yang kita terima, adalah pada saat kita ditinggikan Allah. Kesuksesan ini dimiliki oleh Yesus Kristus, untuk itu baiklah kita melihat, apa yang dilakukan oleh Yesus sehingga Ia ditinggikan oleh Allah Bapa.
Dalam Filipi 2:5-8 kita dapat melihat, apa saja yang dilakukan Yesus sebelum Allah Bapa meninggikan Dia (Flp 2:9-11). Dari keempat ayat ini kita dapat menyimpulkan bahwa ada tiga Hal yang harus kita miliki supaya kita ditinggikan oleh Allah Bapa. Yang pertama adalah: Tentunya kita harus memiliki pemikiran dan perasaan yang juga terdapat dalam diri Yesus (Flp 2:5). Hal ini sudah pasti berbicara tentang kasih Allah yang harus kita miliki. Yang kedua adalah: Kita harus memiliki kerendahan hati yang tulus (Flp 2:6-7). Dan yang ketiga adalah: Kita harus memiliki ketaatan tanpa syarat (Flp 2:8).
Ketiga hal ini bukanlah merupakan suatu hal yang gampang untuk kita lakukan, karena ketiga hal ini menyangkut penyangkalan diri. Untuk dapat memiliki perasaan dan pikiran yang penuh kasih – seperti yang terdapat dalam diri Yesus Kristus - kepada sesama bukanlah merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, apalagi jika kita harus melakukannya kepada orang yang berusaha menghancurkan kita. Demikian juga halnya untuk bisa hidup bersama-sama dengan orang yang derajatnya jauh lebih rendah dari pada kita, apalagi jika kita adalah orang yang berasal dari keluarga yang kaya raya dan terhormat. Begitu juga halnya apabila kita harus taat kepada seseorang yang menyuruh kita melakukan sesuatu, yang menurut kita sesuatu yang ia suruh tersebut seolah-olah dapat membahayakan hidup kita.
Demikianlah ketiga hal ini merupakan hal yang sulit untuk dilakukan, karena seolah-olah merendahkan derajat kita dihadapan orang lain. Tetapi walaupun demikian ketiga hal ini dilakukan Yesus dengan tulus kepada Allah Bapa. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia.
Jadi kepada kita semua umat Tuhan dan saleh-saleh Kristus, janganlah kita mengukur sesuatu yang akan kita jalani itu dengan kehidupan kita saat ini. Mungkin saat ini kita diperhadapkan kepada sesuatu hal yang membuat kita direndahkan bahkan seolah-olah berada dibawah derajat orang lain. Jangan malu dan jangan takut, Yesus sudah melakukannya terlebih dahulu untuk kita. Jalani tetap kehidupanmu didalam Tuhan, sebab Tuhan akan meninggikanmu. Tuhan memberkati.***