Di sepanjang kehidupan kita dalam mengikuti Yesus, sering kali kita bertemu keadaan, dimana pada saat kita meminta kepada Tuhan, sepertinya Tuhan seolah-olah tidak menjawab doa kita. Misalnya pada saat seseorang memiliki masalah dan tidak ada satu orang pun yang bisa memberi jalan keluar kepadanya, lalu ia pergi berserah dan berharap kepada Tuhan. Tetapi pada saat ia menaruh pengharapannya pada Tuhan, dia juga tidak melihat adanya tanda-tanda yang menunjukkan datangnya pertolongan dari Tuhan untuk jalan keluar persoalannya tersebut. Mungkin saat-saat seperti inilah yang sering kali membuat orang stress, bingung, bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Apabila kita kembali ke Alkitab dan melihat kehidupan tokoh-tokoh Alkitab, ternyata bukan hanya kita saja yang pernah mengalami hal-hal yang seperti diceritakan diatas. Rasul Paulus misalnya. Pada saat Rasul Paulus meminta kepada Tuhan untuk dibebaskan dari penderitaan - yang ia sebut sebagai duri dalam daging – Tuhan tidak berkata “ya”, sehingga penderitaan tersebut dibuang daripadanya. Tuhan hanya berkata “Cukuplah kasih karunia-Ku kepadamu.” Penderitaan itu tetap dimiliki oleh Rasul Paulus dan dipakainya sebagai tempat untuk bermegah.
Ternyata keadaan seperti ini juga dialami oleh Yesus Kristus Tuhan kita. Pada saat-saat menjelang kematian Yesus, Ia mengajak Petrus dan kedua anak Zebedeus untuk pergi berdoa ditaman Getsemani. Saat itu Yesus juga mengalami kesedihan yang sangat dalam, sampai ia berkata kepada Petrus dan kedua anak Zebedeus bahwa: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya.” Saat berdoa, Ia meminta kepada Bapa supaya kiranya Ia bisa dilepaskan dari penderitaan yang akan Ia alami, walau pada akhir doa-Nya Ia berkata Tetapi janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Kau kehendaki. Tetapi walaupun sudah meminta demikian, Yesus tetap mengalami penderitaan atau dengan kata lain Ia tidak mendapatkan penggenapan dari doa-Nya.
Dari kedua hal diatas, kita dapat belajar bagaimana menempatkan diri kita sebagai manusia dan menempatkan Tuhan Sebagai penguasa atas kehidupan kita. Mungkin memang sering kali Kita berdoa kepada Tuhan untuk meminta pertolongan atas setiap permasalahan kita, tetapi kita tidak menerimanya. Hal itu bukanlah berarti Allah tidak mengasihi kita atau rancangan kebaikan dan damai sejahtera Allah tidak tergenapi atas hidup kita.
Seharusnya dari pengalaman seperti ini kita dapat menarik satu pelajaran yang dapat membangun iman kita sebagai umat Tuhan. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan dan yang mengetahui bahwa rancangan Allah dalam hidupnya adalah rancangan kebaikan dan rancangan damai sejahtera, seharusnya kita bersyukur kalau kita memiliki masalah dan doa kita tidak dijawab oleh Tuhan.
Seperti halnya Rasul Paulus. Dengan penderitaan (Duri dalam daging) yang tidak dibuang oleh Tuhan dari dalam kehidupannya - walau ia sudah memintanya beberapa kali - ia menjadi mengerti apa yang Tuhan kehendaki terjadi didalam kehidupannya. Allah Tidak mau Rasul Paulus menjadi orang yang bermegah karena apa yang ia miliki kecuali karena Tuhan yang ada dalam hidupnya. Dengan mengerti hal ini rasul Paulus menjadi kuat dan sanggup berkata “Justru dalam kelemahanku aku bermegah”.
Demikian juga halnya dengan penderitaan yang dialami oleh Tuhan Yesus. Saat ini kita semua dapat mengerti mengapa Allah Bapa tidak melalukan penderitaan itu dari dalam kehidupan Yesus. Ternyata rencana Allah sangat dasyat walau ia harus menjadikannya melalui sebuah penderitaan. Kita semua dapat menjadi orang benar dan diselamatkan itu semua karena penderitaan Yesus dikayu Salib.
Untuk itu kekasih-kekasih Kristus yang sudah dibenarkan oleh Allah, yang perlu kita tanamkan dalam kehidupan kita adalah: kita semua berharga dimata Allah dan sangat dikasihi oleh Allah. Apabila doa dan keinginan kita tidak dijawab oleh Allah, itu berarti ada yang perlu kita ketahui tentang kehendak Allah yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita, dan yang pasti semuanya mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera. Gbu***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar